Selasa, 22 Mei 2012

Proposal Skripsi Ekonomi Regional


PROPOSAL PENELITIAN

 



 







Oleh: Putri Kusumadewi
NRM : 10230004


UNIVERSITAS JANABADRA YOGYAKARTA
2012
PROPOSAL PENELITIAN

Bidang Ilmu                 : EKONOMI REGIONAL
Judul Penelitian           : ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN POTENSI
  EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
  (PDRB) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2005-2010
A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negar maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa (Arsyad, 1995:75). Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang didalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka kemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
            Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dituunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat seringkali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih, Bangunan, Perdagangan, perhotelan dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, Sektor jasa lainnya.
            Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB suatu daerah maka akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi di lihat dari PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah peran pemerintah sangat diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun.

B.     PERUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.      Sektor-sektor ekonomi mana yang menjadi basis untuk dkembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Magelang?
2.      Sejauh manakah keterkaitan Kabupaten Magelang dengan daerah-daerah sekitarnya sehingga saling menunjang pertumbuhan ekonominya?

C.     TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi mana yang paling strategis untuk dikembangkan dan menganalisis keterkaitan-keterkaitan Kabupaten Magelang dengan daerah di sekitarnya sehingga saling menunjang pertumbuhan ekonominya. Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan bahan kajian tentang perkembangan perekonomian daerah.
D.     LANDASAN TEORI
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dapat dijelaskan menggunakan dua pandangan, yaitu yang pertama, pandangan pembangunan lama atau tradisional. Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada level tertentu. Penggunaan indikator PDRB ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator PDB sebagai tolok ukur pertumbuhan di suatu negara, beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja (employement) di negara tersebut.
Dalam pandangan tradisional ini, pembangunan yang dilakukan difokuskan pada sebuah sektor ekonomi atau sebuah lokasi yang dinilai strategis. Dengan fokus pembangunan di satu titik ini, diharapkan hasil dari titik tersebut menjadi pusat perhatian proses pembangunan akan dapat dirasakan oleh sektor ekonomi lain atau daerah lain yang berhubungan dengan titik tersebut baik secara langsung mapun tidak langsung dalam bentuk perluasan kesempatan kerja serta berbagai peluang ekonomi lainnya. Proses tersebut disebut juga dengan istilah tricle down effect (efek penetesan ke bawah). Untuk lebih jelas mengenai efek ini dapat dijelaskan dari gambar berikut :

Pembangunan Sektor Industri
Sektor Jasa
Sektor Pertanian
Sektor Pemukiman
 









Gambar 1
Proses penetesan kebawah. Proses ini dimulai dari pembangunan yang dilakukan di sektor industri yang kemudian akan memberikan efek kepada sektor jasa, pertanian dan sektor pemukiman. Efek yang dihasilkan dapat berupa perluasan kerja maupun terciptanya berbagai peluang ekonomi.
Pembangunan Ekonomi dalam sudut pandang kedua atau disebut dengan istilah pembangunan modern tidak lagi menitikberatkan pada pencapaian PDRB sebagai tujuan akhir melainkan, menghilangkan/menghapuskan tingkat kemiskinan yang terjadi, penanaggulangan ketimpangan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja produktif. Perbaikan kualitas kehidupan masyarakat seperti tingkat pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan, pemberantasan kemiskinan hingga penyegaran kehidupan budaya termasuk aspek penting pembangunan ekonomi.
Pembangunan tidak hanya dapat dilakukan di tingkat negara maupun di tingkat nasional. Namun pembangunan dapat dilaksnanakan dalam ruang lingkup yang lebih kecil dan seringkali pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil ini memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar. Pada tingkat yang lebih kecil pembangunan dilakukan setingkat propinsi, maupun setikngkat kabupataen dan kota. Dari dua definisi di atas, baik dari pandangan tradisional maupun dari pandangan modern, proses pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga tujuan berikut (Todaro, 1997):
1.      Peningkatan ketersediaan serta peruasan distribusi barang kebutuhan pokok. Barang yang dimaksud berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan lain yang mendukung seperti kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2.      Peningkatan standar hidup. Tujuan kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan semata namun juga harus meliputi penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan dan kehidupan masyarakat baik secara materiil maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa.
3.      Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu. Perluasan kesempatan ini mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang serta kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan masyarakat tersebut.
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai empat sifat penting pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikkan pendapatan perkapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya).
Pertumbuhan Ekonomi
            Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDRB tanpa memndang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad, 1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan yang nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya pengaruh dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain (Sadono Sukirno) :
a.       Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.
b.      Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertambahan ekonomi terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
c.       Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemampuan ekonomi yang lebih tinggi.
d.      Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
e.       Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan.
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas menghambat pertumbuhan ekonomi.

Teori Pertumbuhan Ekonomi
1.      Teori Ekonomi Basis
Aktifitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor yakni : aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan kegiatan yaang melakukan aktivitas yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah yang bersangkutan. Aktofitas basis memiliki peranan penggerak utama (prime mover) dalam pertumbuhan ekonomi wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional. Kegiatan non basis adalah kegiatan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal. Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa luar daerah. Dalam teori basis ekonomi (economic base) bahwa semua wilayah merupakan sebuah sistem sosio ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari teknik Loqation Quotient, yaitu teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan (self-sufficiency) suatu sektor.

2.      Model Pertumbuhan Interregional
Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daereah tetangga. Model inimemasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Model ini memiliki dua model skenario tentang pertumbuhan antar daerah, yaitu :
a.       Surplus impor karena kenaikan pendapatan
Investasi masuk à tenaga kerja masuk à mendorong ekspor daerah sekitarnya à impor daerah sekitarnya meningkat à ekspor daerah i meningkat à pemerataan pembangunan.
b.      Surplus impor karena produksi merosot
Investasi keluar à migrant tenaga kerja keluar à impor daerah luar meningkat à ekspor daerah i meningkat à menjadi sadle-point untuk daerah i tetapi dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah à pembangunan daerah semakin pincang.
Masalah kunci untuk daerah i adalah pada saat impor daerah sekitarnya meningkat, seberapa jauh kebutuhan impor dapat dipenuhi di daerah i. Apabila ekspor daerah i hanya meningkat sedikit, daerah akan tertinggal. Sebaliknya apabila ekspor daerah i naik cukup tinggi maka pendapatan daerah i akan meningkat mengejarndaerah sekitarnya. Dalam model interregional terlihat bahwankemampuan untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh dan menjamin kelangsungan pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan antar daerah.  
3.      Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Teori pertumbuhan jalur cepat diperkenalkan oleh Samuelson. Setiap Negara atau wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitie advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarannya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan dapaat bertumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya, sehingga perekonomian akan tumbuh cepat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Rgional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan nilai jasa-jasa yang di produksikan dalam suatu daerah tersebut dalam satu tahun tertentu. PDRB sering digunakan sebagai indikator ekonomi makro yang dapat memberi gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di dalam menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :
1.      PDRB menurut pendekatan produksi (output approach)
PDRB dihitung dari total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Peerhitungan PDRB dengan membagi menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output masing-masing sektor produksi merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Kenyataannya ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Sehingga diperlukan kehati-hatian dalam perhitungan supaya tidak terjadi penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Hal ini dapat berakibat PDRB dapat menggelembung beberapa kali lipat dari angka sebenarnya.
2.      PDRB menurut pendekatan pendapatan (income approach)
Merupakaan balas jasa yang digunakaan oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam waktu tertentu. Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai total balas jasa atas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Proses produksi untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dibutuhkan faktor-faktor produksi berupa tanah, modal, tenaga kerja dan pengusaha (enterpreneur). Balas jasa untuk barang modal adalah pendapatan sewa, tenaga kerja adalah upah atau gaji, untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga, sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total seluruh balas jasa dari faktor-faktor produksi tersebut adalah Pendapatan Nasional. Sehingga Pendapatan Nasional (PN) = r + w + i + π
Dimana :                r           = rent (pendpatan sewa)
w         = wage (upah/gaji)
 i          = interest (pendapatan bunga)
                              π          = fee (keuntungan)
Faktor-faktor produksi dimiliki seseorang atau sekumpulan orang-orang dalam masyarakat Kabupaten Magelang, maka balas jasanya kembali pada masyarakat di Kabupaten Magelang sebagai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
3.      PDRB menurut pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
Metode pengeluaran yaitu menilai PDRB dengan dengan menjumlahkan pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Adapun jenis pengeluaran agregat dalam perekonomian adalah :
a.       Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran sektor rumah tangga yang dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis dipakai dalam tepo setahun atau kurang (durable goods).
b.      Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang termasuk dalam konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
c.       Pengeluaran Investasi (investment Expenditure)
Pengeluaran Investasi merupakan pembentukan modal tetap domestik bruto yaitu merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai tambah, yang termasuk yaitu stok baik berupa barang jadi maupun setengah jadi. Pendekatan pengeluaran lebih lebih mempertimbangkan barang-barang modal sebagai output baru.
d.      Ekspor Neto (Net Export)
Ekspor neto atau ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar  impor, begitu juga sebaliknya. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia). Perhitungan PDRB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total dari lima jenis pengeluaran tersebut.
PDRB = C + I + G + (X-M)
Dimana:           C          = Konsumsi Rumah Tangga
                        I           = Pengeluaran Investasi
                        G         = Konsumsi Pemerintah
                        X         = Ekspor
                        M         = Impor
Perhitungan PDRB akan memberikan gambaran ringkas tingkat kemakmuran, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk akan diperoleh PDRB per Kapita. Makin tinggi angka PDRB perkapita, kemkmuran rakyat dianggap makin tinggi.

E.     METODE PENELITIAN  

Populasi dan Sampel
            Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah yang dihitung atas dasar harga konstan. Adapun sampel penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2005-2010.

Variabel Penelitian
            Variabel dalam penelitian ini meliputi : pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor-sektor ekonomi, komponen Differential Shift, komponen Proportional Shift, Jarak.

Metode Anallisis Data
1.      LQ ( LOCATION QUOTIENT)
Dengan teknik kuantitatif ini, dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian suatu daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, Kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan ;
a.       Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.
b.      Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.
Teknik LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Teknik LQ di bagi menjadi dua yaitu static Location Quotient (LQ Statis), dan Dynamic Location Quotient (LQ Dinamis).
SLQ (Static Location Quotient)

Formula à    


Dimana :       Vij   = PDRB sektor i di daerah j
                     Vi   = PDRB total daerah j
                     Vin = PDRB sektor i Nasional
                     Vn  = PDRB Total Nasional
Berlaku ketentuan sebagai berikut :
SLQij > 1 : Daerah j lebih berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i nasional ( export base daerah j )
SLQij < 1 : Daerah j tidak berspesialisai dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i nasional (non export base daerah j)
SLQij = 1 : Baik daerah j maupun Nasional sama derajat spesialisasimya dalam memproduksi sektor i
DLQ (Dynamic Location Quotient)
            Formula à  
Persamaan diatas hasil dari modifikasi dari SLQ dengan asumsi bahwa pada SLQ terdapat kesebandingan Xijo/nYjo = Xio/nYo=1 dimana persamaan LQ adalah Sebagai berikut (Yuwono, 2000)           
Sementara untuk IPPSij adalah indeks potensi perkembangan sektor (i) di daerah (j) dan IPPSi adalah indeks potensi perkembangan sektor (i) di daerah himpunan. Selanjutnya analisis ini akan dimulai dari perhitungan laju pertumbuhan sektoral git dengan formula :
 ; yang diperoleh dari    


2.      SHIFT – SHARE
Analisis Shift Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.
3 informasi dasar yang dapat diperoleh dari analisis SHIFT – SHARE, yaitu :
a.       Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional atau propinsi terhadap perekonomian daerah.
b.      Pergeseran proporsional (proportional shift) yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor disaerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional.
c.       Differensial shift yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lolkal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi
Formula yang digunakan untuk membentuk analisis shift share adalah sebagai berikut :
1.      Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah.
Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij* - Eij
2.      Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi
Nij = Eij x  rn
3.      Pergeseran proporsional atau pengaruh bauran industri
Mij = Eij (rin – rn)
4.      Pengaruh keunggulan kompetitif
Cij = Eij (rij – rin)
                        Dimana :
                        Eij  = Kesempatan Kerja di sektor i daerah j
`                       Ein = kesempatan kerja di sektor i nasional
                        rij  = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j
                        rin = Laju pertumbuhan sektor i nasional / daerah pembanding
                        rn = Laju pertumbuhan ekonomi nasional

3.      ANALISIS KETERKAITAN WILAYAH (GRAVITASI)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui interaksi antar daerah, dimana tolok ukur dari metode ini adalah jarak antar daerah dengan jumlah penduduk masing-masing daerah yang diteliti. Dalam model gravitasi, daerah dimisalkan sebagai suatu massa. Massa tersebut dibentuk sesuai dengan beberapa prinsip yang menentukan bentuk keseluruhan (Isard, 1969).  Sebagai ilustrasi sederhana adalah berikut ini. Suatu daerah X terbagi menjadi beberapa sub daerah. Jumlah penduduk daerah X, yaitu P jiwa. Jumlah perjalanan yang dilaku­kan penduduk  X ialah T. Perbedaan yang ada dalam setiap subdaer­ah (pendapatan, pembagian penduduk berdasarkan umur, dan lain­nya) diabaikan. Pembagian daerah X menjadi sub daerah i, j, k dan seterusnya disesuaikan dengan kepentingan analisis. Jumlah perjalanan (trips) yang dimulai dari sub daerah i dan berakhir di sub daerah j, secara teori atau harapan hipotetis adalah Pj/P (jarak, waktu dan biaya diabaikan).  Jumlah perjala­nan rata-rata yang dilakukan oleh setiap individu yang mewakili daerah adalah T/P = k (yaitu angka jumlah perjalanan rata-rata). Jadi jumlah perjalanan  yang dilakukan oleh individu yang berakhir di j adalah k .
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila suatu daerah hendak membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Model ini menunjukan hubungan antara potensi penduduk yang melakukan pergerakan dari suatu wilayah ke wilayah lain. Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut. Interaksi bisa saja diukur dari banyaknya perjalanan dari penduduk kota A ke kota B atau sebaliknya. Faktor apa yang menentukan besarnya interaksi tersebut. Hasil pengalaman menunjukkan bahwa interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor dimana faktor pertama Timbul persoalan apa ukuran yang dijadikan untuk menentukan besarnya sebuah kota. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah/luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Mungkin karena mudah mendapatkan data maka ukuran yang digunakan adalah jumlah penduduk. Penggunaan jumlah penduduk sebagai alat ukur bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan kota B. Jarak mempengaruhi keinginan orang untuk  bepergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh jarak  yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah keinginan orang untuk bepergian. Selain itu dalam hal jarak, orang mengamati bahwa minat orang bepergian menurun drastis apabila jarak itu semakin jauh, artinya penurunan minat itu tidak proporsional dengan pertambahan jarak, melainkan eksponensial .
Model matematiknya adalah sebagai berikut :
I12= (W1P1) (W2P2)/J212

Keterangan :
I12 : interaksi dalam wilayah 1 dan 2
W1 : PDRB perkapita wilayah 1 (rupiah)
W2 : PDRB perkapita wilayah 2 (rupiah)
P1 : jumlah penduduk wilayah 1
P2 : jumlah penduduk wilayah 2
J12 : jarak antar wilayah 1 dan 2 (meter)

4.      FORECASTING
Forecasting adalah suatu teknik peramalan mengenai sesuatu yang belum terjadi atau perkiraan tentang apa yang akan terjadi di masa datang.
Alat analisis forecasting yang digunakan : proyeksi kecenderungan trend. Metode ini mencoba membuat garis proyeksi pada data historis dan memproueksikannya untuk nilai di masa yang akan datang. Metode ini pada hakikatnya mencoba membuat garis yang melalui data historis sedemikian rupa sehingga meminimumkan penjumlahan kuasrat jarak vertikal (ui) antara garis proyeksi dengan masing-masing data historis tersebut.
            Garis proyeksi tersebut ditunjukkan oleh : ,



dimana :
                    = Nilai hitung suatu variabel yang akan diperkirakan
a                      = intercept (titik potong dengan sumbu vertikal)
b                      = Slope (kemiringan garis least square)
X                     = Variable bebas (tahun)
           
Nilai a dan b dapat dicari dengan rumus :
;     , dimana                  adalah rata-rata nilai Y
                                                                         adalah rata-rata T (waktu atau urutan)
                                                                       
                                                                       












DAFTAR PUSTAKA

Emilia-Imelia, Modul Ekonomi Regional universitas Sumatera Utara 2009
FILINDITY, ARNOLD. P. & ISNAWI, MUNIRA ANALISIS WILAYAH PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, Universitas Pattimura Ambon
Margunanu; Pengaruh Output Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah; Dinamika; UNNES; Semarang:2002
Prishardoyo,Bambang;Jejak Voolume 1, Nomor 1; Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Pati Tahun 2000-2005; UNNES; Semarang:2008
Sukirno, Sadono; Teori Pengantar Makroekonomi; Edisi ketiga Cetakan 15; Rajagrafindo Persada; Jakarta
Tri Widodo, Modul Praktikum Perencanaan pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta-2009
Wijaya, Bayu & Atmanti, Hartini Dwi; Analisis Pengembangan Wilayah Sektor Potensian Guna Mendorong Pembangunan Kota Salatiga; Universitas Diponegoro; Semarang:2006


6 komentar:

  1. izin sy jadikan referensi untuk tugas ya, thanks

    BalasHapus
  2. terimakasih atas bantuanya saudara...?

    BalasHapus
  3. minta data pertumbuhan ekonomi dan pdrb nya buat referensi please. kirim email jg boleh sandhikusumaputra@gmail.com

    BalasHapus
  4. gambar pada landasan teori kok gk muncul ya tolong kirim file via email dong alfauzy30@gmail.com

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. kak izin copas untuk bahan belajar... terimakasih.

    BalasHapus