PROPOSAL
PENELITIAN
Oleh:
Putri Kusumadewi
NRM
: 10230004
UNIVERSITAS
JANABADRA YOGYAKARTA
2012
PROPOSAL
PENELITIAN
Bidang
Ilmu : EKONOMI REGIONAL
Judul Penelitian : ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN POTENSI
EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2005-2010
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perjalanan
pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada
struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu
karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negar
maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk
pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan
non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa (Arsyad,
1995:75). Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional
merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran
dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang didalamnya melibatkan
seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor.
Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi
masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah, maka kemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang
optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan
ekonomi daerah yang bersangkutan.
Proses
lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dituunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat
perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat seringkali sebagai ukuran
kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan
ekonomi. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun
merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat
dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Pertanian, Pertambangan dan
penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih, Bangunan,
Perdagangan, perhotelan dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, Sektor jasa lainnya.
Semakin
besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB
suatu daerah maka akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih
baik. Pertumbuhan ekonomi di lihat dari PDRB merupakan salah satu indikator
untuk melihat keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah peran pemerintah sangat diperlukan yaitu
dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan
memperhatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun.
B. PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.
Sektor-sektor
ekonomi mana yang menjadi basis untuk dkembangkan sebagai penunjang pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Magelang?
2.
Sejauh
manakah keterkaitan Kabupaten Magelang dengan daerah-daerah sekitarnya sehingga
saling menunjang pertumbuhan ekonominya?
C. TUJUAN
DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi mana yang paling strategis untuk
dikembangkan dan menganalisis keterkaitan-keterkaitan Kabupaten Magelang dengan
daerah di sekitarnya sehingga saling menunjang pertumbuhan ekonominya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan bahan kajian
tentang perkembangan perekonomian daerah.
D. LANDASAN
TEORI
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
ekonomi dapat dijelaskan menggunakan dua pandangan, yaitu yang pertama,
pandangan pembangunan lama atau tradisional. Pembangunan dalam pandangan ini
diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) pada level tertentu. Penggunaan indikator PDRB
ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat
kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk
mengetahui tingkat output yang diproduksi sebuah negara untuk dikonsumsi oleh
penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan
indikator PDB sebagai tolok ukur pertumbuhan di suatu negara, beberapa ahli
ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga
kerja (employement) di negara
tersebut.
Dalam
pandangan tradisional ini, pembangunan yang dilakukan difokuskan pada sebuah
sektor ekonomi atau sebuah lokasi yang dinilai strategis. Dengan fokus
pembangunan di satu titik ini, diharapkan hasil dari titik tersebut menjadi
pusat perhatian proses pembangunan akan dapat dirasakan oleh sektor ekonomi
lain atau daerah lain yang berhubungan dengan titik tersebut baik secara
langsung mapun tidak langsung dalam bentuk perluasan kesempatan kerja serta
berbagai peluang ekonomi lainnya. Proses tersebut disebut juga dengan istilah tricle down effect (efek penetesan ke
bawah). Untuk lebih jelas mengenai efek ini dapat dijelaskan dari gambar
berikut :
Pembangunan Sektor Industri
|
Sektor Jasa
|
Sektor Pertanian
|
Sektor Pemukiman
|
Gambar
1
Proses
penetesan kebawah. Proses ini dimulai dari pembangunan yang dilakukan di sektor
industri yang kemudian akan memberikan efek kepada sektor jasa, pertanian dan
sektor pemukiman. Efek yang dihasilkan dapat berupa perluasan kerja maupun
terciptanya berbagai peluang ekonomi.
Pembangunan
Ekonomi dalam sudut pandang kedua atau disebut dengan istilah pembangunan
modern tidak lagi menitikberatkan pada pencapaian PDRB sebagai tujuan akhir
melainkan, menghilangkan/menghapuskan tingkat kemiskinan yang terjadi,
penanaggulangan ketimpangan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja yang
mampu menyerap angkatan kerja produktif. Perbaikan kualitas kehidupan
masyarakat seperti tingkat pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar
kesehatan, pemberantasan kemiskinan hingga penyegaran kehidupan budaya termasuk
aspek penting pembangunan ekonomi.
Pembangunan
tidak hanya dapat dilakukan di tingkat negara maupun di tingkat nasional. Namun
pembangunan dapat dilaksnanakan dalam ruang lingkup yang lebih kecil dan
seringkali pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil ini
memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah
yang lebih besar. Pada tingkat yang lebih kecil pembangunan dilakukan setingkat
propinsi, maupun setikngkat kabupataen dan kota. Dari dua definisi di atas,
baik dari pandangan tradisional maupun dari pandangan modern, proses
pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga tujuan berikut (Todaro,
1997):
1.
Peningkatan
ketersediaan serta peruasan distribusi barang kebutuhan pokok. Barang yang
dimaksud berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan lain yang
mendukung seperti kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2.
Peningkatan
standar hidup. Tujuan kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan
semata namun juga harus meliputi penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas
pendidikan dan kehidupan masyarakat baik secara materiil maupun menumbuhkan
jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa.
3.
Perluasan
pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu. Perluasan kesempatan ini
mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang serta
kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan masyarakat
tersebut.
Dari
definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai empat sifat penting
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi
terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikkan pendapatan
perkapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan
sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial
dan budaya).
Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai kenaikan PDRB tanpa memndang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak. (Arsyad, 1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tahun. Dalam membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan
yang nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu
perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya pengaruh
dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional
menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai lebih tinggi dari sebelumnya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain (Sadono Sukirno) :
a.
Tanah
dan kekayaan alam lain
Kekayaan
alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama
pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.
b.
Jumlah
dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk
yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat
buruk dari pertambahan penduduk kepada pertambahan ekonomi terjadi ketika
jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
c.
Barang-barang
modal dan tingkat teknologi
Barang-barang
modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi,
barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah
menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemampuan
ekonomi yang lebih tinggi.
d.
Sistem
sosial dan sikap masyarakat
Sikap
masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
e.
Luas
pasar sebagai sumber pertumbuhan.
Adam
Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan
spesialisasi yang terbatas menghambat pertumbuhan ekonomi.
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
1. Teori
Ekonomi Basis
Aktifitas dalam perekonomian
regional digolongkan dalam dua sektor yakni : aktivitas basis dan non basis. Kegiatan
basis merupakan kegiatan yaang melakukan aktivitas yang berorientasi ekspor
(barang dan jasa) keluar batas wilayah yang bersangkutan. Aktofitas basis
memiliki peranan penggerak utama (prime
mover) dalam pertumbuhan ekonomi wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada
sektor basis menimbulkan efek ganda (multiplier
effect) dalam perekonomian regional. Kegiatan non basis adalah kegiatan
yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada dalam
batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan
pemasaran bersifat lokal. Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan
pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Teori basis
ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa
faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
langsung dengan permintaan barang dan jasa luar daerah. Dalam teori basis
ekonomi (economic base) bahwa semua
wilayah merupakan sebuah sistem sosio ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang
mendasari teknik Loqation Quotient,
yaitu teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian
daerah dan derajat keswasembadaan (self-sufficiency)
suatu sektor.
2. Model
Pertumbuhan Interregional
Model ini adalah perluasan dari
teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen.
Selain itu, model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa
memperhatikan dampak dari daereah tetangga. Model inimemasukkan dampak dari
daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam
model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi
juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri
dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Model ini memiliki dua model
skenario tentang pertumbuhan antar daerah, yaitu :
a.
Surplus
impor karena kenaikan pendapatan
Investasi
masuk à tenaga kerja masuk à mendorong ekspor daerah
sekitarnya à impor daerah sekitarnya
meningkat à ekspor daerah i meningkat à pemerataan pembangunan.
b.
Surplus
impor karena produksi merosot
Investasi
keluar à migrant tenaga kerja keluar à impor daerah luar meningkat à ekspor daerah i meningkat à menjadi sadle-point untuk daerah i tetapi dengan
tingkat pendapatan yang lebih rendah à pembangunan daerah semakin
pincang.
Masalah
kunci untuk daerah i adalah pada saat impor daerah sekitarnya meningkat,
seberapa jauh kebutuhan impor dapat dipenuhi di daerah i. Apabila ekspor daerah
i hanya meningkat sedikit, daerah akan tertinggal. Sebaliknya apabila ekspor
daerah i naik cukup tinggi maka pendapatan daerah i akan meningkat
mengejarndaerah sekitarnya. Dalam model interregional terlihat bahwankemampuan
untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh dan menjamin kelangsungan
pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan antar daerah.
3. Teori
Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Teori
pertumbuhan jalur cepat diperkenalkan oleh Samuelson. Setiap Negara atau
wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat
dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu
memiliki competitie advantage untuk
dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat
memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang
singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar
pasarannya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing
pada pasar luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain
turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan dapaat bertumbuh.
Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan
saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan
sektor yang lain, begitu juga sebaliknya, sehingga perekonomian akan tumbuh
cepat.
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk
Domestik Rgional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
nilai jasa-jasa yang di produksikan dalam suatu daerah tersebut dalam satu
tahun tertentu. PDRB sering digunakan sebagai indikator ekonomi makro yang
dapat memberi gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di dalam
menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :
1.
PDRB
menurut pendekatan produksi (output
approach)
PDRB
dihitung dari total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian.
Peerhitungan PDRB dengan membagi menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah
output masing-masing sektor produksi merupakan jumlah output seluruh
perekonomian. Kenyataannya ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan
merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Sehingga diperlukan
kehati-hatian dalam perhitungan supaya tidak terjadi penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Hal ini dapat
berakibat PDRB dapat menggelembung beberapa kali lipat dari angka sebenarnya.
2.
PDRB
menurut pendekatan pendapatan (income
approach)
Merupakaan
balas jasa yang digunakaan oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam
proses produksi disuatu wilayah dalam waktu tertentu. Metode pendapatan
memandang nilai output perekonomian sebagai total balas jasa atas faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Proses produksi untuk
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dibutuhkan faktor-faktor produksi
berupa tanah, modal, tenaga kerja dan pengusaha (enterpreneur). Balas jasa untuk barang modal adalah pendapatan
sewa, tenaga kerja adalah upah atau gaji, untuk pemilik uang/aset finansial
adalah pendapatan bunga, sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total
seluruh balas jasa dari faktor-faktor produksi tersebut adalah Pendapatan
Nasional. Sehingga Pendapatan Nasional (PN) = r + w + i + π
Dimana
: r = rent
(pendpatan sewa)
w = wage (upah/gaji)
i =
interest (pendapatan bunga)
π = fee
(keuntungan)
Faktor-faktor
produksi dimiliki seseorang atau sekumpulan orang-orang dalam masyarakat
Kabupaten Magelang, maka balas jasanya kembali pada masyarakat di Kabupaten
Magelang sebagai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
3.
PDRB
menurut pendekatan pengeluaran (expenditure
approach)
Metode
pengeluaran yaitu menilai PDRB dengan dengan menjumlahkan pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu. Adapun jenis pengeluaran agregat dalam
perekonomian adalah :
a.
Konsumsi
Rumah Tangga (Household Consumption)
Konsumsi
Rumah Tangga adalah pengeluaran sektor rumah tangga yang dipakai untuk konsumsi
akhir, baik barang dan jasa yang habis dipakai dalam tepo setahun atau kurang (durable goods).
b.
Konsumsi
Pemerintah (Government Consumption)
Yang
termasuk dalam konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran untuk
tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
c.
Pengeluaran
Investasi (investment Expenditure)
Pengeluaran
Investasi merupakan pembentukan modal tetap domestik bruto yaitu merupakan
pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan
memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai tambah, yang termasuk
yaitu stok baik berupa barang jadi maupun setengah jadi. Pendekatan pengeluaran
lebih lebih mempertimbangkan barang-barang modal sebagai output baru.
d.
Ekspor
Neto (Net Export)
Ekspor
neto atau ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor.
Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar impor, begitu juga sebaliknya. Perhitungan
ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian
lain (dunia). Perhitungan PDRB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai
total dari lima jenis pengeluaran tersebut.
PDRB
= C + I + G + (X-M)
Dimana: C =
Konsumsi Rumah Tangga
I = Pengeluaran Investasi
G = Konsumsi Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Perhitungan
PDRB akan memberikan gambaran ringkas tingkat kemakmuran, dengan cara
membaginya dengan jumlah penduduk akan diperoleh PDRB per Kapita. Makin tinggi
angka PDRB perkapita, kemkmuran rakyat dianggap makin tinggi.
E. METODE
PENELITIAN
Populasi
dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral
Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah yang dihitung atas dasar harga konstan.
Adapun sampel penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan dari tahun
2005-2010.
Variabel
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi : pertumbuhan
ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor-sektor ekonomi, komponen
Differential Shift, komponen Proportional Shift, Jarak.
Metode
Anallisis Data
1.
LQ
( LOCATION QUOTIENT)
Dengan
teknik kuantitatif ini, dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian suatu
daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, Kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan ;
a.
Kegiatan
sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang
bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.
b.
Kegiatan
sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non
basic atau industri lokal.
Teknik
LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan
peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan sejenis dalam
perekonomian regional atau nasional. Teknik LQ di bagi menjadi dua yaitu static
Location Quotient (LQ Statis), dan Dynamic Location Quotient (LQ Dinamis).
SLQ (Static
Location Quotient)
Formula à
Dimana : Vij = PDRB sektor i di daerah j
Vi = PDRB total daerah j
Vin = PDRB
sektor i Nasional
Vn = PDRB Total Nasional
Berlaku ketentuan
sebagai berikut :
SLQij >
1 : Daerah j lebih berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional ( export base daerah j )
SLQij <
1 : Daerah j tidak berspesialisai dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional (non export base daerah j)
SLQij = 1 :
Baik daerah j maupun Nasional sama derajat spesialisasimya dalam memproduksi
sektor i
DLQ (Dynamic
Location Quotient)
Formula
à
Persamaan diatas
hasil dari modifikasi dari SLQ dengan asumsi bahwa pada SLQ terdapat
kesebandingan Xijo/nYjo = Xio/nYo=1
dimana persamaan LQ adalah Sebagai berikut (Yuwono, 2000)
Sementara untuk
IPPSij adalah indeks potensi perkembangan sektor (i) di daerah (j) dan IPPSi
adalah indeks potensi perkembangan sektor (i) di daerah himpunan. Selanjutnya
analisis ini akan dimulai dari perhitungan laju pertumbuhan sektoral git dengan
formula :
; yang diperoleh dari
2.
SHIFT
– SHARE
Analisis
Shift Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur
ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau
referensi.
3 informasi dasar yang dapat diperoleh dari analisis SHIFT – SHARE, yaitu :
3 informasi dasar yang dapat diperoleh dari analisis SHIFT – SHARE, yaitu :
a.
Pertumbuhan
ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect), yang
menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional atau propinsi
terhadap perekonomian daerah.
b.
Pergeseran
proporsional (proportional shift) yang menunjukkan perubahan relatif kinerja
suatu sektor disaerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi
atau nasional.
c.
Differensial
shift yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing
industri daerah (lolkal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi
Formula yang
digunakan untuk membentuk analisis shift share adalah sebagai berikut :
1.
Dampak
riil pertumbuhan ekonomi daerah.
Dij
= Nij + Mij + Cij atau Dij =
Eij* - Eij
2.
Pengaruh
pertumbuhan ekonomi referensi
Nij
= Eij x rn
3.
Pergeseran
proporsional atau pengaruh bauran industri
Mij
= Eij (rin – rn)
4.
Pengaruh
keunggulan kompetitif
Cij
= Eij (rij – rin)
Dimana
:
Eij = Kesempatan Kerja di sektor i daerah j
` Ein
= kesempatan kerja di sektor i nasional
rij = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j
rin
= Laju pertumbuhan sektor i nasional / daerah pembanding
rn
= Laju pertumbuhan ekonomi nasional
3.
ANALISIS
KETERKAITAN WILAYAH (GRAVITASI)
Analisis
ini digunakan untuk mengetahui interaksi antar daerah, dimana tolok ukur dari
metode ini adalah jarak antar daerah dengan jumlah penduduk masing-masing
daerah yang diteliti. Dalam model gravitasi, daerah dimisalkan sebagai suatu
massa. Massa tersebut dibentuk sesuai dengan beberapa prinsip yang menentukan
bentuk keseluruhan (Isard, 1969). Sebagai
ilustrasi sederhana adalah berikut ini. Suatu daerah X terbagi menjadi beberapa
sub daerah. Jumlah penduduk daerah X, yaitu P jiwa. Jumlah perjalanan yang
dilakukan penduduk X ialah T. Perbedaan
yang ada dalam setiap subdaerah (pendapatan, pembagian penduduk berdasarkan
umur, dan lainnya) diabaikan. Pembagian daerah X menjadi sub daerah i, j, k
dan seterusnya disesuaikan dengan kepentingan analisis. Jumlah perjalanan
(trips) yang dimulai dari sub daerah i dan berakhir di sub daerah j, secara teori
atau harapan hipotetis adalah Pj/P (jarak, waktu dan biaya diabaikan). Jumlah perjalanan rata-rata yang dilakukan
oleh setiap individu yang mewakili daerah adalah T/P = k (yaitu angka jumlah
perjalanan rata-rata). Jadi jumlah perjalanan
yang dilakukan oleh individu yang berakhir di j adalah k .
Model
gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya
tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan
untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari
potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat
untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada
pada tempat yang benar. Selain itu, apabila suatu daerah hendak membangun suatu
fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang
optimal. Artinya, fasilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Model
ini menunjukan hubungan antara potensi penduduk yang melakukan pergerakan dari
suatu wilayah ke wilayah lain. Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang
berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota
tersebut. Interaksi bisa saja diukur dari banyaknya perjalanan dari penduduk
kota A ke kota B atau sebaliknya. Faktor apa yang menentukan besarnya interaksi
tersebut. Hasil pengalaman menunjukkan bahwa interaksi itu ditentukan oleh
beberapa faktor dimana faktor pertama Timbul persoalan apa ukuran yang
dijadikan untuk menentukan besarnya sebuah kota. Sebuah kota dapat diukur dari
jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah/luas
bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Mungkin karena
mudah mendapatkan data maka ukuran yang digunakan adalah jumlah penduduk.
Penggunaan jumlah penduduk sebagai alat ukur bukanlah arbiter karena jumlah
penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di
atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan
kota B. Jarak mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian karena menempuh jarak tersebut
diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh jarak yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah
keinginan orang untuk bepergian. Selain itu dalam hal jarak, orang mengamati
bahwa minat orang bepergian menurun drastis apabila jarak itu semakin jauh,
artinya penurunan minat itu tidak proporsional dengan pertambahan jarak, melainkan
eksponensial .
Model
matematiknya adalah sebagai berikut :
I12=
(W1P1) (W2P2)/J212
Keterangan
:
I12
: interaksi dalam wilayah 1 dan 2
W1
: PDRB perkapita wilayah 1 (rupiah)
W2
: PDRB perkapita wilayah 2 (rupiah)
P1
: jumlah penduduk wilayah 1
P2
: jumlah penduduk wilayah 2
J12
: jarak antar wilayah 1 dan 2 (meter)
4.
FORECASTING
Forecasting
adalah suatu teknik peramalan mengenai sesuatu yang belum terjadi atau
perkiraan tentang apa yang akan terjadi di masa datang.
Alat
analisis forecasting yang digunakan : proyeksi
kecenderungan trend. Metode ini mencoba membuat garis proyeksi pada data
historis dan memproueksikannya untuk nilai di masa yang akan datang. Metode ini
pada hakikatnya mencoba membuat garis yang melalui data historis sedemikian
rupa sehingga meminimumkan penjumlahan kuasrat jarak vertikal (ui) antara garis
proyeksi dengan masing-masing data historis tersebut.
Garis
proyeksi tersebut ditunjukkan oleh :
,
dimana :
= Nilai hitung suatu
variabel yang akan diperkirakan
a =
intercept (titik potong dengan sumbu
vertikal)
b = Slope (kemiringan garis least square)
X = Variable bebas (tahun)
Nilai a dan b dapat dicari dengan
rumus :
;
, dimana
adalah
rata-rata nilai Y
adalah
rata-rata T (waktu atau urutan)
DAFTAR PUSTAKA
Emilia-Imelia, Modul Ekonomi Regional
universitas Sumatera Utara 2009
FILINDITY, ARNOLD. P. & ISNAWI,
MUNIRA ANALISIS WILAYAH PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM
BAGIAN BARAT, Universitas Pattimura Ambon
Margunanu; Pengaruh Output Sektor
Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah; Dinamika; UNNES; Semarang:2002
Prishardoyo,Bambang;Jejak Voolume 1,
Nomor 1; Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Pati Tahun 2000-2005; UNNES; Semarang:2008
Sukirno, Sadono; Teori Pengantar
Makroekonomi; Edisi ketiga Cetakan 15; Rajagrafindo Persada; Jakarta
Tri Widodo, Modul Praktikum Perencanaan
pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta-2009
Wijaya, Bayu & Atmanti, Hartini Dwi;
Analisis Pengembangan Wilayah Sektor Potensian Guna Mendorong Pembangunan Kota
Salatiga; Universitas Diponegoro; Semarang:2006